Tunggul kayu menggamitnya
Seakan mengerti lenguh segala sendi tika berdiri
Terhinjut-hinjut menyahut sapaan tunggul kayu
"Terima kasih wahai tunggul kayu,
menumpangkan aku berteleku sebentar di sini"
Embun pagi jernih tampaknya
Seakan gusar meninggalkan malarnya hijau dedaunan
Namun apakan daya,
Andai tidak gugur membasahi bumi
Kau hilang bersama zarah nan kecil
"Subhanallah,
mudahnya Engkau mengadakan
dan menghilangkan sesuatu"
Berbondong-bondong rombongan itu
menjinjing beraneka macam hantaran
Buat Permaisuri dambaan kasih
Entah dari mana gerangannya rombongan
Matanya meliar
"MasyaAllah,
tabahnya engkau semut,
jauhnya engkau mengembara,
demi mendambakan kasih
'seorang' Permaisuri?"
Angin sepoi-sepoi bahasa
Mengelus lembut pipinya
Dek alpa bermesra bersama sang Angin
Tak sedar ribut kecil melanda
Membawa pergi selendang
yang tersebai di pundaknya
"Pergilah wahai selendang
moga kau bertemu
kepada yang lebih
memerlukan"
Mutiara kasih berderai lagi
Tak mengerti batasan waktu
Hanya Dia yang tahu
Menyatu sang Awan, sang Air
Melahirkan Mutiara kasih
"Aku berlalu dahulu,
terima kasih wahai tunggul kayu,
terima kasih wahai embun,
terima kasih wahai semut,
terima kasih sang Angin,
terima kasih sang Awan,
terima kasih sang Air,
Kalian hamba Allah,
taat tanpa ribuan alasan,
Kagum aku dengan yang Maha Pencipta"